SAYANG, PATUH, DAN HORMAT KEPADA ORANG TUA DAN GURU - MEDIA PEMBELAJARAN AMANDA MEUTIA

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Kamis, 07 Maret 2019

SAYANG, PATUH, DAN HORMAT KEPADA ORANG TUA DAN GURU


Keberadaan orang tua bagi seorang anak ibarat sebuah pohon dan buahnya. Tidak akan ada buah tanpa pohon, dan kuranglah bermanfaat sebuah pohon tanpa buah yang baik. Oleh karena itu, hubungan antara orang tua dan anak mestilah menjadi hubungan yang harmonis dan saling melengkapi. Bagi orang tua, menyayangi dan mengasihi anak tidak terbatas ruang dan waktu. Mereka tidak pernah lelah dan lalai dalam memberikan kasih sayang dan perhatiannya kepada anak-anaknya. Mereka mengerjakan apa yang menjadi kebutuhan anak-anaknya mulai bangun tidur hingga tidur kembali.

Sayang, Patuh dan Hormat kepada Orang Tua dan Guru

Di lain pihak, tidak sedikit anak yang tidak memperhatikan dan tidak peduli kepada orang tuanya. Ketika usia masih kecil hingga remaja, mereka kadang enggan menuruti nasihat dan perintah orang tuanya. Demikian pula, ketika mereka sudah dewasa dan sukses dalam karir, tak jarang orang tuanya terabaikan tanpa kasih sayang seperti kasih sayang yang didapatnya dari orang tua ketika kecil hingga besar. Bahkan, tidak sedikit seorang anak memperlakukan orang tuanya jauh dari sikap hormat, kasih, dan sayang.

Perilaku anak yang tidak baik terhadap orang tuanya, atau murid terhadap gurunya merupakan perbuatan yang sangat tercela. Mereka mungkin menjadi korban dari tayangan yang tidak baik yang mereka tonton atau mungkin pemahaman agama yang dangkal sehingga mereka luput dari perilaku yang terpuji. Apa pun alasannya, mulai saat ini dan mulai dari diri kita sendiri, mari kita hormati, sayangi, dan patuhi perintah kedua orang tua dan guru selama perintah tersebut tidak melawan syari’at Islam.

A. Sayang, Hormat, dan Patuh kepada Orang Tua


1. Makna Orang Tua bagi Anak

Orang tua memiliki kedudukan tinggi dalam Islam. Setiap anak memiliki kewajiban untuk berbuat baik terhadap kedua orang tuanya. Kasih sayang yang tulus yang diberikan orang tua tidak akan mampu dibayar dengan uang oleh seorang anak. Oleh karena itu, kasih sayang, perhatian, dan pengorbanan orang tua harus dibalas dengan kebaikan, kasih sayang, dan pengorbanan yang serupa, meski tidak sebanding. Islam mengenal dua macam orang tua yang harus dihormati, yakni orang tua biologis yang telah melahirkan kita dan orang tua rohani yang telah mengantarkan kita mengenal Allah Swt.

2. Kewajiban Berbakti kepada Kedua Orang Tua

Berbakti dan berbuat baik kepada orang tua, mengasihi, menyayangi, menghormati, mendoakan, taat, dan patuh terhadap apa yang mereka perintahkan, termasuk melakukan hal-hal yang mereka sukai adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap anak kepada orang tuanya. Perilaku tersebut di dalam istilah agama Islam dinamakan birrul walidain.

Birrul walidain adalah hak kedua orang tua yang harus dilaksanakan oleh setiap anak, sepanjang keduanya tidak memerintahkan atau menganjurkan kemaksiatan atau kemusyrikan. Bahkan, seorang anak tetap harus berbakti meskipun orang tuanya kafir atau musyrik. Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam surah Luqmān/31:15 yang artinya, “Jika keduanya (ibu bapakmu) memaksamu supaya engkau musyrik, menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak ketahui, maka janganlah engkau mengikuti keduanya, dan bergaullah dengan keduanya di dunia dengan baik.”

Islam mengatur hubungan antara anak terhadap kedua orang tuanya dan tata cara pergaulannya. Keduanya memiliki hak dan kewajiban yang saling berkaitan. Seorang anak tidak diperkenankan mengucapkan kata-kata yang kurang berkenan terhadap kedua orang tua, apalagi hingga membuat mereka sakit hati. Allah Swt. berfirman:
Q.S. al- Isrā/17:23
Q.S. al- Isrā/17:23

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S. al-Isrā/17:23)

Ayat ke-23 surah al-Isrā di atas, menjelaskan bahwa setiap anak mesti memberikan perhatian kepada orang tuanya. Sopan santun, baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan nilai-nilai yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tuanya. Bahkan, ucapan “ah”, “ih”, “hus” yang bernada penolakan atau pembangkangan terhadap perintahnya adalah dilarang, apalagi sampai memukul atau perbuatan kasar lainnya yang menyakiti mereka.

Dalam ayat yang lain Allah Swt. berfirman:
Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan

Artinya: “Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Jadi, jelaslah bahwa perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan perintah langsung dari Allah Swt. yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang beriman. Kepatuhan kepada kedua orang tua merupakan bukti kepatuhan kepada Allah, dan kedurhakaan kepada keduanya merupakan kedurhakaan kepada Allah Swt.

3. Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua

Islam menempatkan kedudukan orang tua pada tempat terhormat dalam al-Qur’ān. Kedua orang tua menempati posisi penting dalam berbakti seorang manusia setelah beribadah kepada Allah Swt. Perlakuan kepada keduanya merupakan pintu keberkahan maupun kesulitan bagi seorang anak. Jika seorang anak berbakti dan memperlakukan dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang Allah perintahkan, Allah akan memberikan keberkahan hidup kepada anak tersebut. Tetapi sebaliknya, jika seorang anak durhaka kepada ibu bapaknya, Allah tak segan-segan menyulitkan jalan hidupnya.

Rasulullah saw. menegaskan dalam sabdanya:
Rida Allah terletak pada rida orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua
Rida Allah terletak pada rida orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua”.

Artinya: “Rida Allah terletak pada rida orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua”. (H.R. Baihaqi)

Banyak riwayat yang mengemukakan tentang keutamaan berbakti kepada orang tua. Keutamaan-keutamaan tersebut akan diperoleh seorang anak baik di dunia maupun di akhirat kelak. Adapun keutamaan-keutamaan berbakti kepada orang tua di antaranya adalah seperti berikut.

a. Penghapus dosa besar
Ibnu Umar meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Saya telah melakukan suatu dosa besar. Apakah mungkin dosa itu diampuni?”Rasulullah saw. bertanya, “Apakah kedua ibu bapakmu masih hidup?” Lelaki itu dengan sedih menjawab, “Keduanya telah meninggal dunia.” Rasulullah saw. bertanya lagi, “Apakah kaupunya khallah (saudara ibu)?” “Ya punya.” Jawab lelaki itu. Maka Rasulullah kembali bersabda, “Baktikanlah dirimu kepadanya.” (H.R. Tirmizi, Ibnu Hibban, dan Hakim)

b. Dipanjangkan usia dan dilimpahkan rezeki 
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dilimpahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada ibu bapaknya, dan memelihara silaturahim.” (H.R. Ahmad)

c. Akan mendapatkan bakti yang sama dari anak keturunan
Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian mengganggu wanita milik orang lain, niscaya wanita milikmu tak anak diganggu orang, dan berbaktilah kepada ibu bapak kalian, agar anak-anakmu kelak berbakti kepadamu. Barangsiapa yang diminta maaf oleh saudaranya, hendaklah dimaafkannya, baik ia salah atau benar. Jika tidak ada yang mengamalkannya, maka ia tidak akan mendatangi al-Haud (sebuah danau) di surga.” (H.R. al-Hakim)

d. Dimasukkan ke dalam surga
Rasulullah saw. bersabda, “Pintu tengah terbuka untuk orang-orang yang birrul walidain. Barangsiapa yang berbakti kepada ibu bapaknya, akan terbukalah pintu itu, dan siapa yang durhaka kepada keduanya, tertutuplah pintu itu baginya.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Śahih dalam “At-Targib” dan oleh ad-Dailami dalam Musnadil Firdaus)

B. Hormat dan Patuh kepada Guru


1. Makna Seorang Guru

Guru adalah orang yang memberikan pengetahuan sekaligus pendidikan akhlak terhadap murid-muridnya. Ia mengajari cara membaca, berhitung, berpikir, dan sebagainya. Guru juga mengajarkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai akhlak yang tinggi kepada murid-muridnya. Ia tidak hanya memberikan pengetahuan saat di sekolah, tetapi juga memberikan bimbingan saat dibutuhkan di luar sekolah.

Setiap guru pasti akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang mungkin tidak didapatkan seorang anak dari orang tuannya di rumah. Tanpa pendidikan dan bimbingannya, bisa jadi kita tidak akan mengetahui segala yang nyata maupun yang tersembunyi di alam raya ini. Tanpa bimbingannya pula, bisa jadi kita tidak dapat membedakan mana yang benar maupun yang salah, mana yang dibolehkan dan mana yang dilarang. Jasa seorang guru dalam mendidik dan mencerdaskan murid-muridnya tidaklah dapat diukur dengan materi. Berkat jasa gurulah, kita menjadi terpelajar.

Dalam ajaran Islam, guru atau ulama adalah orang yang memiliki pengetahuan luas dibandingkan dengan orang lainnya. Ia merupakan pewaris para nabi dalam menyampaikan kebaikan kepada orang lain. Allah Swt. berfirman:
Q.S. Fātir 35 28

Artinya: “...Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (Q.S. Fātir/35:28)

2. Adab Seorang Murid kepada Guru

Sebagaimana seorang anak memperlakukan orang tuanya, bagitu pulalah sikap yang harus ditunjukkan oleh murid kepada gurunya. Karena jasanya yang sangat besar kepada murid-muridnya, sudah selayaknya seorang murid menerapkan perilaku atau adab yang baik kepada gurunya. Adapun adab seorang murid kepada guru di antaranya adalah sebagai berikut.
  • Hendaklah merendahkan diri di hadapan guru, tidak keluar dari tempat belajar sebelum mendapat izin dari guru.
  • Hendaklah memandang guru dengan penuh rasa ta’zim atau hormat dengan meyakini bahwa gurunya memiliki kelebihan.
  • Hendaklah duduk di hadapan guru dengan sopan, tenang, dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru.
  • Hendaklah tidak berjalan, duduk, atau memulai perkataan sebelum meminta izin kepada guru.
  • Patuh terhadap perkataan dan perintahnya. 
Menerapkan Perilaku Mulia

A. Perilaku yang mencerminkan sikap sayang, hormat, dan patuh kepada orang tua di antaranya adalah:

1. Jika orang tua masih hidup seperti berikut.

  • Mengucapkan salam saat akan meninggalkan atau menemuinya.
  • Mendengarkan segala perkataannya dengan penuh rasa hormat dan rendah hati.
  • Tidak memotong pembicaraannya karena itu akan menyakiti hati keduanya.
  • Berpamitan atau meminta izin ketika akan pergi ke luar rumah, baik untuk bersekolah atau keperluan laiinya.
  • Mencium tangan kedua orang tua jika akan pergi dan kembali dari bepergian.
  • Membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan lain yang akan meringankan beban orang tua.
  • Berbakti dengan melaksanakan nasihat dan perintah yang baik dari keduanya.
  • Merawat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran apalagi jika keduannya sudah tua dan pikun.
  • Merendahkan diri, kasih sayang, berkata halus dan sopan, serta mendoakan keduanya.
  • Menyambung silaturahim meskipun hanya melalui telepon ketika jarak sangat jauh.
  • Memberikan sebagian rezeki yang kita miliki meskipun mereka tidak membutuhkan.
  • Selalu meminta doa restu orang tua dalam menghadapi suatu permasalahan.

2. Jika orang tua telah meninggal dunia.

  • Melaksanakan wasiat dan menyelesaikan hak Adam yang ditinggalkannya (utang atau perjanjian dengan orang lain yang masih hidup).
  • Menyambung tali silaturahim kepada kerabat dan teman-teman dekatnya atau memuliakan teman-teman kedua orang tua.
  • Melanjutkan cita-cita luhur yang dirintisnya atau menepati janji kedua ibu bapak.
  • Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun kepada Allah Swt. dari segala dosa orang tua kita.

B. Perilaku yang mencerminkan sikap hormat dan patuh kepada guru di antaranya adalah seperti berikut.

  1. Mengucapkan salam dan mencium tangannya jika bertemu.
  2. Mendengarkan pelajaran yang sedang diberikannya dengan penuh hormat.
  3. Jujur dan terbuka dalam berbicara kepadanya.
  4. Mengamalkan ilmunya dan membaginya kepada orang lain.
  5. Tidak melawan, menipu, dan membuka rahasia guru.
  6. Murid harus mengikuti sifat guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian, berwibawa, santun dan penyayang.
  7. Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang yang berhasil hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti menghormati guru.
  8. Bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya berusaha untuk memaafkan perlakuan kasar, turut mendoakan keselamatan guru.
  9. Menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah ia mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari.
  10. Sopan ketika berhadapan dengan guru, misalnya; duduk dengan tawa««u’, tenang, diam, posisi duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, menyimak perkataan guru sehingga tidak membuat guru mengulangi perkataan.
  11. Tidak dibenarkan berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru berbicara kepadanya.

Rangkuman

  • Semua ajaran agama samawi (agama) yaitu agama yang diturunkan Allah Swt. yang dibawa oleh para nabi-Nya mengandung ajaran untuk menyembah Allah Swt. yang Maha Esa.
  • Perintah beribadah kepada Allah Swt. merupakan kewajiban bagi setiap manusia tanpa kecuali, hanya saja dalam praktiknya banyak sekali manusia yang mengingkari perintah Allah Swt. tersebut.
  • Perintah menyembah Allah Swt. tersebut sama kedudukan dan derajatnya dengan larangan untuk mempersekutukan-Nya (musyrik), yaitu menganggap bahwa ada selain Allah Swt. yang dapat memberikan kekuatan untuk mendatangkan atau menolak segala sesuatu.
  • Perintah berbakti kepada kedua orang tua merupakan perintah langsung dari Allah Swt. yang harus dipatuhi oleh setiap manusia.
  • Keridaan kedua orang tua kepada anaknya merupakan keri«aan Allah Swt. dan murka kedua orang tua merupakan murka Allah Swt.
  • Allah Swt. menjajikan pahala yang sangat besar kepada orang-orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, demikian pula Allah Swt. menjanjikan siksa yang sangat pedih kepada siapa yang durhaka kepada kedua orang tuanya.
  • Perintah mengucapkan kata-kata yang santun dan mulia kepada kedua orang tua, sama dengan larangan menyakiti keduanya baik dengan ucapan maupun perbuatan.
  • Mengucapkan “ah” sebagai bentuk bantahan kepada kedua orang tua dilarang dalam ajaran Islam, apalagi jika mengucapkan kata-kata atau perbuatan yang lebih kasar dari itu.
  • Mendoakan kedua orang tua baik ketika mereka masih hidup maupun telah meninggal dunia merupakan bakti seorang anak kepada kedua orang tua.
  • Islam memerintahkan agar selain berbuat baik kepada kedua orang tua, diperintahkan pula untuk berbuat baik kepada karib-kerabat, anak-anak yatim, fakir miskin, tetangga dekat dan sesama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages