Pengertian Pemeranan dalam Seni Teater
Mengawali pembelajaran seni teater, pemeranan adalah salah satu unsur penting dalam seni teater. Alangkah baiknya, kalian mengetahui dan memahami keberadaan diri sendiri dan orang lain dalam lingkungan; rumah tinggalmu, masyarakat sekitar dan sekolahmu. Setiap waktu kalian belajar dan beribadat, setiap hari kalian sekolah kecuali hari libur, setiap minggu kalian berkumpul dengan keluarga, setiap bulan kalian minta uang untuk liburan. Kamu kini, mencapai usia remaja mempunyai peran dan kedudukan yang sama dengan teman kalian yakni, sebagai; anak dari orang tuamu, warga masyarakat dari lingkungan sekitarmu dan murid dari sekolahmu. Rentang usiamu adalah pengalaman dari hidupmu. Pengalamanmu sangatlah berbeda dengan temanmu. Tetapi semua orang, mendamba kehidupan damai dan penuh cinta kasih antar sesamanya. Namun kenyataan yang ada, dan kalian rasakan tidaklah demikian. Setiap saat, gejolak membayangi kedamaian. Cinta kasih terkubur sebab salah paham, ambisi, angkuh, kesombongan, dst. Ambisi pribadi dan keserakahan manusia menentang kenyataan menjadi watak seseorang, hingga timbul pertentangan (konflik) antarsesama atau dengan lingkungan sebab tanpa kepasrahan dan kesadaran peran dalam memaknai hidup.
Coba sejenak merenung! Perhatikan orang-orang di rumah, lingkungan sekitar, sekolah, dan atau pengalaman kalian yang menakjubkan (menarik hati) atau menyakitkan! Apa yang dapat kalian ceritakan dari orang-orang itu dan dari pengalaman hidupmu? Apakah kalian merasa kagum (suka, senang), benci, atau menyesali dengan; kedudukan, ketampanan, kecantikan, kepribadian orang atau temanmu dan atau dengan pengalaman yang kalian alami? Keterlibatan dan pengalaman hidup kalian secara langsung dengan orang-orang di rumah, di lingkungan masyarakat dan di sekolah, sebenarnya kalian tengah menjalani pemeranan dengan peran atau tokoh dalam kehidupan nyata. Sungguh beruntung manakala kalian dapat berperan dalam menjalani kehidupan sejalan dengan kesadaran orang banyak (baik). Tidak berpihak pada laku jahat, mati hati, sepi rasa dan tidak peduli siapa pun, sehingga kalian dicemooh, diasingkan, dibenci, dicaci, dan diusir orang lain dari lingkungan masyarakat sekitarmu.
Peran dengan perwatakan orang-orang di sekitarmu termasuk kamu, dengan memerhatikan; status sosial, fisik, psikis, kecerdasan dan mental spiritual yang nampak cenderung bersifat relatif, khas, unik, dan beragam. Keragaman dan keunikan orang-orang bersifat hitam putih, senda gurau serius, tinggi pendek, cantik jelek, jahat baik itu adalah watak atau karakteristik manusia sebagai identitas tokoh dari cerita dalam kehidupan nyata. Watak atau karakteristik orang atau tokoh yang khas, unik dan mempesona biasanya sangat berkesan dalam ingatanmu. Begitu pula dengan orang lain saat melihat kalian dalam berperan di masyarakat atau membawakan peran atau pemeranan dalam suatu penokohan cerita teater.
Dengan kesadaran dan berperan aktif dalam kehidupan di masyarakat dengan menghormati kelebihan dan kelemahan potensi seseorang termasuk kemampuan kalian dan teman kalian adalah inti dalam memaknai peran hidup dalam keragaman dan kekhasan (keunikan). Manusia sebagai sumber rangsang kreativitas dan modal dasar mendalami seni peran (pemeranan) dalam pembelajaran seni teater yang akan kalian alami. Setelah kalian menyaksikan seni teater di gedung pertunjukan, di tengah lapang, di media jejaring sosial, di televisi atau layar perak (bioskop), unsur-unsur pertunjukan apa saja yang kalian lihat (tonton)? Coba kalian amati gambar di bawah ini, untuk mengidentifikasi peran atau tokoh dalam pemeranan!
Kamu perhatikan gambar di atas lebih seksama, lalu jawablah pertanyaan di bawah ini!
Pemeranan adalah unsur penting dalam seni teater. Pengertian seni mengandung arti keindahan (estetik) atau kehalusan budi pekerti, oleh sebab itu seni selalu menawarkan keindahan bentuk dan kehalusan pesan atau nilai moral. Pengertian teater (Theatron, Inggris) biasanya dapat diartikan sebagai “ Gedung Pertunjukan” dan Teater pun dapat dikatakan semua jenis pertunjukan, baik menggunakan media pertunjukan langsung (seni tari, seni musik, seni drama) atau tidak langsung atau seni rekam: sinematografi, TV Play dan film. Teater dalam pengertian khusus dapat diartikan sebagai drama. Kata drama sendiri diambil dari bahasa Yunani “ dramoi” atau “to act to” dalam bahasa Inggris yang berarti berbuat, melaksanakan atau bertindak atau berbuat menjadi atau berbuat seolah-olah menjadi di luar dirinya. Dari kata “to act” lahirlah istilah actor yakni pemeran pria dan actrees, pemeran wanita. Oleh karenanya berbicara masalah pemeran yang mempunyai padanan; pemain, pelaku, dan tokoh. tidak dapat dipisahkan dengan pemeranan sebagai ilmu dan seni didalam seni teater.
Dengan demikian, seorang pemeran bersifat langsung di atas panggung atau tidak langsung melalui media televisi atau film dituntut untuk membawakan perannya dengan ekspresif, totalitas tubuh sesuai dengan watak tokoh yang diembannya. Pemeran baik wajib mampu menjadi mediator pesan moral (cerita) dan estetis (keindahan pemeranan) melalui ekspresi totalitas tubuhnya, dengan segenap cipta, rasa, dan karsanya.
Untuk menuju atau minimalnya kalian mengetahui dan mengalami pembelajaran seni peran, perlu diingat bahwa para ahli teater atau teaterawan berpendapat bahwa seorang aktor, aktris, pemeran adalah seperti halnya tanah lempung atau tanah liat. Seorang aktor wajib siap dan mampu dibentuk dan dibuat jadi apa saja. Artinya, bahwa aktor atau seorang pemeran itu sebagai bahan baku yang mampu menjadi media utama dalam seni peran atau pemeranan dari cerita yang diekspresikan secara estetis melalui simbol atau lambang audio (suara, kata-kata), visual (tubuh atau ragawi) dan gerak (gerak-gerik dan perlakuan di atas pentas).
Pemeranan atau seni peran dalam seni teater melalui penyajiannya dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni pemeranan di atas panggung pertunjukan bersifat langsung, sesaat dengan gaya dan unsur pemeranannya dapat dilakukan dengan teknik stilasi (penyederhanaan) dan distorsi (penglebihan). Pemeranan sinematografi atau film bersifat wajar, tidak langsung, diulang melalui media rekam dan proses editing.
Dalam perkembangannya pemeranan terutama dalam dunia sineas, sinematografi lebih dikenal dengan seni “acting“. Kata acting sendiri dalam bahasa Indonesia ditulis akting, dari turunan kata kerja “to act“ artinya berbuat, bertindak seolah-olah atau menjadi sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa; orang (dengan identitas ketokohannya), atau benda dan mahluk hidup lain berasal dari kehidupan nyata lalu diangkat ke atas pentas dalam wujud seni peran atau akting dengan karakter atau watak tokoh yang diperankan. Oleh sebab itu pemeranan disebut juga dengan seni peran atau seni akting yakni seni dalam membawakan peran orang lain di luar dirinya dengan perwatakan bersifat; tepat takaran, logis (wajar), etis dan estetis.
Seorang pemeran wajib mampu membawakan pemeranannya secara prima dan mempesona di atas pentas. Sebagai rasa tanggungjawab yang dipikulnya, maka seorang pemeran atau aktor, aktris untuk senatiasa selalu mengasah kemampuan dirinya melalui pengolahan unsur penting pemeranannya, yakni: tubuh, suara, rasa atau penghayatan yang melingkupinya. Dengan demikian kepekaan dan mengolah kesadaran unsur pemeranan yang melingkupinya mampu menampilkan penokohan sesuai watak tokoh dengan takaran pemeranan yang mempesona dalam suatu pementasan. Artinya, dalam pemeranan akan dialami dan ditemukan persoalan takaran atau ukuran dalam menciptakan irama permainan apakah lebih mengarah pada “over acting“ atau akting yang berlebihan atau bersifat “under acting” atau akting dibawah ukuran atau takaran yang seharusnya, sehingga irama permainan menjadi monoton, tidak berkembang, menjemukan, membosankan lawan main dan penonton.
Dalam seni peran atau pemeranan terjadi kebebasan tafsir, orsinil, bersifat laku jujur atas peran atau penokohan yang diemban pemerannya. Tokoh atau peran yang sama dari satu naskah dengan pengarang yang sama, diperankan oleh seseorang akan terjadi kesan pemeranan atau akting yang berbeda. Contohnya, Film Nagabonar yang diperankan oleh Dedy Miswar akan berbeda kesan (ruh, greget) pemeranannya dengan tokoh Nagabonar yang diperankan Tora Sudiro. Karena jam terbang dan pengalaman dalam dunia seni peran yang berbeda dan itulah membuktikan bahwa dalam dunia seni peran bersifat kejujuran tanpa manipulasi. Penghargaan baik tidaknya atau memikat tidaknya pemeranan yang dibawakan oleh seseorang hanya dapat diberikan oleh penontonnya, bukan atas penilaian diri sendiri pemeran atau aktor.
Jenis dan bentuk teater yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat pedesaan dan perkotaan di Indonesia, pengungkapannya dapat dibedakan menjadi teater tradisional (teater rakyat dan teater klasik) dan non tradisional (teater modern dan sinematografi/film). Berdasarkan jenis dan bentuk teater itu sangat mempengaruhi ciri atau identitas pembentuk seninya, termasuk di dalam hal pemeranan.
Dalam perkembangannya setelah masuknya teori atau keilmuan barat, yakni pengaruh dunia pendidikan seni teater di Indonesia. Maka dunia seni peranpun dapat dibedakan dengan berbagai gaya atau aliran yang berkembang: teater realis, non realis (surealis dan absurd). Seni akting dari bersifat idiom-idiom tradisi berkembang pada seni teater non tradisional (teater barat, teater eksperimen, teater ekstrim dst. sebagai pengaruh dari budaya postmodernisme. Sehingga lahirlah beberapa istilah bentuk pertunjukan, seperti; teater tubuh, teater gerak, teater jeprut, happing art, dan teater jalanan.
Namun demikian, kalian harus memahami bahwa belajar pemeranan atau seni peran atau seni akting sebagai unsur atau elemen pentingnya adalah hadirnya pemeran, aktor, aktris yang mempunyai karakter/ watak dengan unsur penunjangnya. Unsur yang dimaksud adalah tubuh, suara, rasa, pikir dan artistik penunjangnya, hingga mencapai kesadaran dan kepekaan yang kuat melalui latihan dengan beberapa penguasaan teknik seni peran agar memunculkan sosok pemeranan yang menganggumkan, mempesona, mengigit, mempunyai greget, mengandung ruh dan peran menjadi hidup (menarik hati penonton). Dan inilah sejatinya yang wajib dilakukan seorang pemeran atau aktor.
Coba sejenak merenung! Perhatikan orang-orang di rumah, lingkungan sekitar, sekolah, dan atau pengalaman kalian yang menakjubkan (menarik hati) atau menyakitkan! Apa yang dapat kalian ceritakan dari orang-orang itu dan dari pengalaman hidupmu? Apakah kalian merasa kagum (suka, senang), benci, atau menyesali dengan; kedudukan, ketampanan, kecantikan, kepribadian orang atau temanmu dan atau dengan pengalaman yang kalian alami? Keterlibatan dan pengalaman hidup kalian secara langsung dengan orang-orang di rumah, di lingkungan masyarakat dan di sekolah, sebenarnya kalian tengah menjalani pemeranan dengan peran atau tokoh dalam kehidupan nyata. Sungguh beruntung manakala kalian dapat berperan dalam menjalani kehidupan sejalan dengan kesadaran orang banyak (baik). Tidak berpihak pada laku jahat, mati hati, sepi rasa dan tidak peduli siapa pun, sehingga kalian dicemooh, diasingkan, dibenci, dicaci, dan diusir orang lain dari lingkungan masyarakat sekitarmu.
Dengan kesadaran dan berperan aktif dalam kehidupan di masyarakat dengan menghormati kelebihan dan kelemahan potensi seseorang termasuk kemampuan kalian dan teman kalian adalah inti dalam memaknai peran hidup dalam keragaman dan kekhasan (keunikan). Manusia sebagai sumber rangsang kreativitas dan modal dasar mendalami seni peran (pemeranan) dalam pembelajaran seni teater yang akan kalian alami. Setelah kalian menyaksikan seni teater di gedung pertunjukan, di tengah lapang, di media jejaring sosial, di televisi atau layar perak (bioskop), unsur-unsur pertunjukan apa saja yang kalian lihat (tonton)? Coba kalian amati gambar di bawah ini, untuk mengidentifikasi peran atau tokoh dalam pemeranan!
Kamu perhatikan gambar di atas lebih seksama, lalu jawablah pertanyaan di bawah ini!
- Gambar manakah yang menunjukkan karya seni teater atau seni pertunjukan yang kalian ketahui dan ada di sekitarmu?
- Dapatkah kalian melakukan salah satu pemeranan berdasar gambar itu?
- Apa perbedaan yang menonjol dari sudut pandang watak tokoh dalam pemeranannya?
- Dapatkah kalian mengidentifikasi watak tokoh pemeran dari contoh gambar itu?
- Bagaimanakah tata rias dan busana melalui contoh gambar itu? Berdasarkan pengamatan melalui gambar, sekarang kalian kelompokkan dan isilah tabel di bawah ini sesuai dengan karakter/ watak tokoh dalam pemeranan atau seni peran!
Pemeranan adalah unsur penting dalam seni teater. Pengertian seni mengandung arti keindahan (estetik) atau kehalusan budi pekerti, oleh sebab itu seni selalu menawarkan keindahan bentuk dan kehalusan pesan atau nilai moral. Pengertian teater (Theatron, Inggris) biasanya dapat diartikan sebagai “ Gedung Pertunjukan” dan Teater pun dapat dikatakan semua jenis pertunjukan, baik menggunakan media pertunjukan langsung (seni tari, seni musik, seni drama) atau tidak langsung atau seni rekam: sinematografi, TV Play dan film. Teater dalam pengertian khusus dapat diartikan sebagai drama. Kata drama sendiri diambil dari bahasa Yunani “ dramoi” atau “to act to” dalam bahasa Inggris yang berarti berbuat, melaksanakan atau bertindak atau berbuat menjadi atau berbuat seolah-olah menjadi di luar dirinya. Dari kata “to act” lahirlah istilah actor yakni pemeran pria dan actrees, pemeran wanita. Oleh karenanya berbicara masalah pemeran yang mempunyai padanan; pemain, pelaku, dan tokoh. tidak dapat dipisahkan dengan pemeranan sebagai ilmu dan seni didalam seni teater.
Pengertian Pemeranan
Istilah pemeranan disebut juga dengan seni peran, atau seni akting. Seorang pemeran dalam melaksanakan pemeranannya dikenal dengan sebutan aktor, aktris, pemain, tokoh, dst. Aktor, aktris, pemain, tokoh adalah inti dalam seni peran dan seni teater pada umumnya. Oleh karenanya, tanpa seorang pemeran seni pertunjukan tak akan hadir dihadapan kita. Namun perlu diingat, dalam pemeranan tidak semua aktor, pemeran, tokoh tidak atau kurang berhasil dalam membawakan pemeranannya. Mengapa demikian? Hal ini sangat terkait dengan beberapa unsur seni peran yang menjadi persyaratan didalamnya, antara lain;- Cerita atau naskah yang dibawakannya wajib mengandung konflik atau pertentangan antar tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnnya. Dapat pula permengenai tokoh cerita dengan lingkungan, dengan dirinya sendiri (keyakinannya) dst.
- Adanya kerjasama dan kerja bersama baik antar pemain dan sutradara dalam membangun irama permainan seni peran, dengan beberapa unsur artistik pentas yang hadir melingkupi tokoh dalam suatu adegan, babak atau disebut dengan kepekaan ruang dalam membangun atmosfir pertunjukan.
- Menghindari terjadinya kesalahan pemilihan tokoh atau miss casting dalam pemeranan, sehingga terjadi over acting (akting yang berlebihan) atau under acting (akting di bawah standar, kurang ekspresif dari tuntutan peran yang dibawakan). Pemeran, aktor, aktris baik adalah manusia kreatif yang selalu berinsiatif untuk mendadani dan melengkapkan tubuhnya, mentalnya, sosialnya tanpa wajib menunggu perintah orang lain dan atau sutradara.
- Adanya keberanian untuk mencoba dan gagal (trial and error). Pada dasarnya suatu keberhasilan, kalian harus meyakini dari kegagalan. Itulah pentingnya suatu kegigihan dan kemauan yang keras perlu ditanamkan olehmu.
- Memiliki wawasan dan suka bergaul. Karena itu disyaratkan untuk gemar membaca, menonton pertunjukan dan wajib peka pada kejadian sekitar dan isu-isu yang aktual untuk melatih ingatan dan emosi pemeran sekaligus sebagai bahan apa yang akan dibicarakan secara tematik.
- Harus percaya diri, mempunyai kesadaran potensi atas kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Tidak sedikit orang di sekitar kita memiliki; kecantikan, ketampanan, jelek, pendek, jangkung atau postur tubuh tidak ideal, tidak menarik dan menjadi pusat perhatian orang lain. Tetapi dengan ketampanan, kecantikan di dalam Sinetron Lorong atas rata-rata atau di bawah rata-rata dan Waktu. ditunjang dengan kemampuan lebih dari dirinya menjadi luar biasa dalam bidang pemeranan. Contohnya; Resa Rahardian, Dude Herlino, Olga Syahputra, Sule, Bopak, Adul, Daus Mini, Ucok Baba, Soimah, Omaswati, Rina Nose, Christine Hakim, Deddy Miswar, dst.
Dengan demikian, seorang pemeran bersifat langsung di atas panggung atau tidak langsung melalui media televisi atau film dituntut untuk membawakan perannya dengan ekspresif, totalitas tubuh sesuai dengan watak tokoh yang diembannya. Pemeran baik wajib mampu menjadi mediator pesan moral (cerita) dan estetis (keindahan pemeranan) melalui ekspresi totalitas tubuhnya, dengan segenap cipta, rasa, dan karsanya.
Untuk menuju atau minimalnya kalian mengetahui dan mengalami pembelajaran seni peran, perlu diingat bahwa para ahli teater atau teaterawan berpendapat bahwa seorang aktor, aktris, pemeran adalah seperti halnya tanah lempung atau tanah liat. Seorang aktor wajib siap dan mampu dibentuk dan dibuat jadi apa saja. Artinya, bahwa aktor atau seorang pemeran itu sebagai bahan baku yang mampu menjadi media utama dalam seni peran atau pemeranan dari cerita yang diekspresikan secara estetis melalui simbol atau lambang audio (suara, kata-kata), visual (tubuh atau ragawi) dan gerak (gerak-gerik dan perlakuan di atas pentas).
Pemeranan atau seni peran dalam seni teater melalui penyajiannya dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni pemeranan di atas panggung pertunjukan bersifat langsung, sesaat dengan gaya dan unsur pemeranannya dapat dilakukan dengan teknik stilasi (penyederhanaan) dan distorsi (penglebihan). Pemeranan sinematografi atau film bersifat wajar, tidak langsung, diulang melalui media rekam dan proses editing.
Dalam perkembangannya pemeranan terutama dalam dunia sineas, sinematografi lebih dikenal dengan seni “acting“. Kata acting sendiri dalam bahasa Indonesia ditulis akting, dari turunan kata kerja “to act“ artinya berbuat, bertindak seolah-olah atau menjadi sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa; orang (dengan identitas ketokohannya), atau benda dan mahluk hidup lain berasal dari kehidupan nyata lalu diangkat ke atas pentas dalam wujud seni peran atau akting dengan karakter atau watak tokoh yang diperankan. Oleh sebab itu pemeranan disebut juga dengan seni peran atau seni akting yakni seni dalam membawakan peran orang lain di luar dirinya dengan perwatakan bersifat; tepat takaran, logis (wajar), etis dan estetis.
Seorang pemeran wajib mampu membawakan pemeranannya secara prima dan mempesona di atas pentas. Sebagai rasa tanggungjawab yang dipikulnya, maka seorang pemeran atau aktor, aktris untuk senatiasa selalu mengasah kemampuan dirinya melalui pengolahan unsur penting pemeranannya, yakni: tubuh, suara, rasa atau penghayatan yang melingkupinya. Dengan demikian kepekaan dan mengolah kesadaran unsur pemeranan yang melingkupinya mampu menampilkan penokohan sesuai watak tokoh dengan takaran pemeranan yang mempesona dalam suatu pementasan. Artinya, dalam pemeranan akan dialami dan ditemukan persoalan takaran atau ukuran dalam menciptakan irama permainan apakah lebih mengarah pada “over acting“ atau akting yang berlebihan atau bersifat “under acting” atau akting dibawah ukuran atau takaran yang seharusnya, sehingga irama permainan menjadi monoton, tidak berkembang, menjemukan, membosankan lawan main dan penonton.
Dalam seni peran atau pemeranan terjadi kebebasan tafsir, orsinil, bersifat laku jujur atas peran atau penokohan yang diemban pemerannya. Tokoh atau peran yang sama dari satu naskah dengan pengarang yang sama, diperankan oleh seseorang akan terjadi kesan pemeranan atau akting yang berbeda. Contohnya, Film Nagabonar yang diperankan oleh Dedy Miswar akan berbeda kesan (ruh, greget) pemeranannya dengan tokoh Nagabonar yang diperankan Tora Sudiro. Karena jam terbang dan pengalaman dalam dunia seni peran yang berbeda dan itulah membuktikan bahwa dalam dunia seni peran bersifat kejujuran tanpa manipulasi. Penghargaan baik tidaknya atau memikat tidaknya pemeranan yang dibawakan oleh seseorang hanya dapat diberikan oleh penontonnya, bukan atas penilaian diri sendiri pemeran atau aktor.
Jenis dan bentuk teater yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat pedesaan dan perkotaan di Indonesia, pengungkapannya dapat dibedakan menjadi teater tradisional (teater rakyat dan teater klasik) dan non tradisional (teater modern dan sinematografi/film). Berdasarkan jenis dan bentuk teater itu sangat mempengaruhi ciri atau identitas pembentuk seninya, termasuk di dalam hal pemeranan.
Dalam perkembangannya setelah masuknya teori atau keilmuan barat, yakni pengaruh dunia pendidikan seni teater di Indonesia. Maka dunia seni peranpun dapat dibedakan dengan berbagai gaya atau aliran yang berkembang: teater realis, non realis (surealis dan absurd). Seni akting dari bersifat idiom-idiom tradisi berkembang pada seni teater non tradisional (teater barat, teater eksperimen, teater ekstrim dst. sebagai pengaruh dari budaya postmodernisme. Sehingga lahirlah beberapa istilah bentuk pertunjukan, seperti; teater tubuh, teater gerak, teater jeprut, happing art, dan teater jalanan.
Namun demikian, kalian harus memahami bahwa belajar pemeranan atau seni peran atau seni akting sebagai unsur atau elemen pentingnya adalah hadirnya pemeran, aktor, aktris yang mempunyai karakter/ watak dengan unsur penunjangnya. Unsur yang dimaksud adalah tubuh, suara, rasa, pikir dan artistik penunjangnya, hingga mencapai kesadaran dan kepekaan yang kuat melalui latihan dengan beberapa penguasaan teknik seni peran agar memunculkan sosok pemeranan yang menganggumkan, mempesona, mengigit, mempunyai greget, mengandung ruh dan peran menjadi hidup (menarik hati penonton). Dan inilah sejatinya yang wajib dilakukan seorang pemeran atau aktor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar